Gigih Pratama
(Departemen Pengembangan dan Kreativitas)
Dalam
kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan
sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan
serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan
satu dengan lainnya.
Kepemimpinan
merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup
kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk memimpin atau membimbing orang
lain, tim, atau seluruh organsisasi. Menurut Slamet “Kepemimpinan merupakan
suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi
orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.
Pada dewasa ini, dunia sedang menghadapi era distrupsi. Apa itu distrupsi? Distrupsi adalah sebuah inovasi, yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru, menggantikan teknologi lama yang serba fisik dengan teknologi yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien, juga lebih bermanfaat. Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan dan inovasi dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti pengembangan e-commerce dan internet, gaya kepemimpinan baru telah muncul yang disebut e-leadership. Istilah e-leadership atau kepemimpinan elektronik diperkenalkan oleh Avolio, Kahai, dan Dodge melalui artikel ilmiah berjudul E-leadership: Implications for Theory, Research, and Practice yang terbit di jurnal ilmiah Leadership Quarterly tahun 2000. Menurut artikel yang menjadi rujukan utama peneliti kepemimpinan di era digital itu, e-leadership terjadi dalam konteks e-environment di mana pekerjaan dilakukan melalui teknologi informasi terutama melalui internet.
Ditambah dengan kondisi
pandemi saat ini, tentunya ini merupakan suatu tantangan tersendiri bagi kita
sebagai seorang pemimpin. Bagaimana tidak, dengan kondisi yang tidak menentukan
ini kita dipaksa untuk membuat keputusan dengan tepat demi terjalannya
produktivitas organisasi yang kita pimpin. Tidak ada buku panduan untuk
mengatasi krisis yang tidak terelakkan seperti ini. Akibatnya, kepemimpinan
secara tradisional tidak lagi disarankan demi memenuhi protokol kesehatan yang
berlaku.
Menyikapi era kini dan
kondisi pandemi yang tak menentu, tentunya gaya kepemimpinan baru saat ini atau
sering disebut e-leadership lebih cocok ketimbang gaya tradisional yang kita
terapkan selama ini. Dalam konteks ini, para pemimpin disebut e-leader atau
pemimpin virtual.
Pemimpin virtual adalah pemimpin yang mengarahkan orang-orang dari jarak jauh untuk melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka menggunakan teknologi baru untuk menghadapi kondisi saat ini. Sebut saja dengan pemakaian aplikasi meeting online, seperti Zoom dan Google Meet.
Pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka untuk memenuhi tuntutan dan harapan yang berorientasi digital. Mereka harus melakukan beberapa perubahan sikap yang penting, termasuk menerima kehilangan kontrol, dan mengembangkan sikap yang lebih inklusif dan partisipatif dalam memimpin. Dalam praktek kepemimpinan di era digital, para pemimpin harus bersedia dan mampu berkomunikasi dengan cara baru dengan menggunakan saluran dan alat baru, dengan penekanan lebih besar pada dialog dan kolaborasi dan lebih sedikit penekanan pada perintah dan kontrol. Komunikasi digital harus sepenuhnya terintegrasi ke dalam cara-cara di mana mereka terhubung dengan orang lain.
Apa saja tantangan yang akan dihadapi oleh para E-Leader? Banyak tantangan yang harus dihadapi para pemimpin saat ini. Pemimpin virtual harus berkomunikasi dengan orang-orang melalui media elektronik secara efektif. Padahal tanpa komunikasi tatap muka, sangat sulit untuk memercayai seseorang. Jadi, membangun kepercayaan dengan anggota dalam komunikasi virtual adalah tantangan besar bagi pemimpin karena komunikasi tatap muka tidak terjadi di antara mereka. Juga sangat sulit bagi pemimpin untuk menginspirasi orang-orang, memotivasi dan mengilhami mereka untuk melakukan pekerjaan dengan baik dalam situasi virtual karena kita tidak dapat melihat reaksi dan ekspresi mereka tentang arahan dan bimbingan.
Walaupun komunikasi virtual dapat dilakukan secara efektif, pemimpin virtual masih harus berusaha keras mengarahkan dan membimbing orang-orang dari jarak jauh. Selain memahami gaya kepemimpinan di era global, untuk menjadi pemimpin kita diharuskan berfokus pada karakter dan kriteria baru dalam memajukan sebuah organisasi. Adapun diantaranya :
1. Memiliki mental model yang rendah hati tetapi tetap kuat dalam menuntut hasil kerja yang maksimal serta dapat menyampaikan dan menjelaskan visi serta sasaran yang akan dicapai.
2. Credible activist, seorang pemimpin yang mampu bekerja dengan sungguh-sungguh pada bidang yang dikuasai dan berorientasi pada kontribusi yang maksimal.
3. Bukan ingin menjadi pintar sendiri tetapi fokus pada pembelajaran team, yang artinya semua anggota dalam tim akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas atau unggul karena memiliki motivasi yang kuat untuk terus belajar dan menerapkan apa yang telah dipelajari untuk menjadi pemenang.
4. Dapat menguasai dan memanfaatkan sistem manajemen dalam perusahaan supaya dapat memajukan organisasi dalam mencapai visi, misi, nilai-nilai, strategi organisasi menuju organisasi yang efektif, produktif, dan profitable.
Jika
kepemimpinan digital ini dapat diterapkan dalam sektor organisasi maupun
pekerjaan terutama bagi mahasiswa tentu dapat menjadi solusi dalam mewujudkan
gaya kepemimpinan era kini yang notabene kemajuan teknologi semakin berkembang
pesat. Pada akhirnya, Indonesia tidak akan pernah mengalami krisis
kepemimpinan dan dapat bersaing di kancah Internasional.
0 comments:
Posting Komentar