Jumat, 21 Mei 2021

Ekstraksi Emas Menggunakan Sodium Tetraborate Decahydrate (Boraks) Demi Mewujudkan Indonesia Bebas Merkuri 2030

Agus Lasono

(Departemen Kemitraan dan Kewirausahaan)


Apakah kalian tau apa itu merkuri ? Mungkin sebagian orang awam belum mengetahui apa itu merkuri. Raksa atau merkuri atau hydrargyrum adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap. Merkuri ini akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Kelimpahan merkuri di bumi menempati di urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+) dan bivalen (Hg2+).

Apakah kalian sudah tau bahwa Indonesia sudah mengalami polusi logam berat merkuri ke tiga di dunia ? jika belum mari simak informasi berikut ini:

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam Indonesia yang melimpah yaitu emas yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, baik dengan skala besar seperti tambang Grasberg (Freeport) di Papua maupun penambang emas skala kecil (PESK) seperti di sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Berdasarkan data Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia, hingga November 2017 terdapat sekitar 850 titik PESK yang tersebar di 197 kota/kabupaten di 32 provinsi. Para pekerja PESK banyak menggunakan merkuri dalam proses penambangan emas yang penggunaanya tidak diawasi dan dilakukan secara bebas. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), setiap tahunnya sekitar lebih dari 1.400 ton merkuri mencemari lingkungan. Di Indonesia logam berat merkuri sudah menunjukkan indikasi membahayakan dan bisa dikatakan sebagai bencana lingkungan. Berdasarkan United Nations Environment Programme (UNEP), Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia yang sudah mengalami polusi merkuri setelah Cina dan Pillipina.

Merkuri merupakan logam berat yang bersifat unik karena tidak dapat mengalami degradasi baik secara biologis maupun kimiawi sehingga dampaknya bisa berlangsung sangat lama. Merkuri termasuk logam berat yang dikategorikan ke dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena bersifat racun dan persisten sehingga dapat membahayakan lingkungan hidup dan manusia. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Kalteng dan Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan terhadap para penambang dan masyarakat yang berada di sekitar sungai, rambut dan darah mereka rata-rata telah terkontaminasi logam berat merkuri. Dampak besar yang ditimbulkan menyebabkan harus adanya langkah yang dilakukan untuk menanggulangi logam berat merkuri ini. Selain itu, pengurangan logam berat merkuri juga dimaksud untuk mendukung tujuan pemerintah mewujudkan Indonesia bebas merkuri 2030, hal ini ditandai dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019. Peraturan ini tentang rencana aksi nasional pengurangan dan penghapusan merkuri (RAN PPM).

Lantas apa yang harus dilakukan untuk menangani merkuri ini ? Nah salah satu alternatif untuk mengolah biji emas yang lebih aman dan ramah lingkungan adalah mengganti penggunaan merkuri dengan boraks. Apa itu boraks ? Sodium Tetraborate Decahydrate atau Boraks adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai untuk sejumlah keperluan. Di dunia industri, boraks dipakai untuk pengawet kayu, bahan solder, pengontrol kecoa dan bahan pembersih. Borak memiliki rumus kimia Na2[B4O5(OH)4].8H2O atau Na2B4O7.10H2O dengan titik didih 1575 oC dan titik lebur 743 oC. Rika Ernawati, Dosen Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta melakukan penelitian ekstraksi emas menggunakan boraks dan hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan borak dalam pengolahan akhir emas dibanding dengan merkuri lebih ramah lingkungan. Uap yang dihasilkan dalam proses akhir penambangan yakni dalam pembakaran tidak membahayakan kesehatan. Berbeda dengan uap hasil pembakaran emas dengan memakai merkuri jika terhirup bisa mengakibatkan keracunan. Selain itu, penggunaan borak dalam penambangan emas bisa menghasilkan emas dalam jumlah yang lebih banyak serta biaya yang dikeluarkan pun jauh lebih murah karena tidak menggunakan merkuri yang mahal harganya. Dengan demikian, maka penggunaan boraks dalam penambang emas akan mendukung tujuan pemerintah yaitu pengurangan dan penghapusan merkuri demi terwujudnya Indonesia bebas merkuri 2030.

1 komentar:

Kontak

Kontak UKM PRISMA

Ingin lebih mengenal UKM PRISMA Universitas Palangka Raya? Anda dapat mengirimkan DM ke Sosial Media Resmi UKM PRISMA Universitas Palangka Raya

Instagram

@ukmprisma.upr

Facebook

PRISMA UPR

Email

pkm.upr@gmail.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Proses Sederhana Terciptanya Semangka Tanpa Biji (Triploid)

  Elynius Gowasa (Ketua Umum UKM PRISMA 2021) Hai popers… pernah tau ngak bagaimana semangka tanpa biji bisa tercipta? Pasti disini ada yang...

Search

Pengikut