Agus Lasono
(Departemen Kemitraan dan Kewirausahaan)
Apakah kalian tau apa itu merkuri ? Mungkin sebagian
orang awam belum mengetahui apa itu merkuri. Raksa atau merkuri atau hydrargyrum adalah unsur kimia pada
tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam
transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama
cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta
mudah menguap. Merkuri ini akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Kelimpahan merkuri
di bumi menempati di urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di
alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0),
merkuri monovalen (Hg1+) dan bivalen (Hg2+).
Apakah kalian sudah tau bahwa Indonesia sudah
mengalami polusi logam berat merkuri ke tiga di dunia ? jika belum mari simak
informasi berikut ini:
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam
yang melimpah. Salah satu sumber daya alam Indonesia yang melimpah yaitu emas
yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, baik dengan skala besar seperti
tambang Grasberg (Freeport) di Papua maupun penambang emas skala kecil (PESK)
seperti di sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Berdasarkan data Asosiasi Penambang
Rakyat Indonesia, hingga November 2017 terdapat sekitar 850 titik PESK yang
tersebar di 197 kota/kabupaten di 32 provinsi. Para pekerja PESK banyak
menggunakan merkuri dalam proses penambangan emas yang penggunaanya tidak
diawasi dan dilakukan secara bebas. Menurut United
Nations Environment Programme (UNEP), setiap tahunnya sekitar lebih dari
1.400 ton merkuri mencemari lingkungan. Di Indonesia logam berat merkuri sudah
menunjukkan indikasi membahayakan dan bisa dikatakan sebagai bencana
lingkungan. Berdasarkan United Nations
Environment Programme (UNEP), Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di
dunia yang sudah mengalami polusi merkuri setelah Cina dan Pillipina.
Merkuri merupakan logam berat yang bersifat unik
karena tidak dapat mengalami degradasi baik secara biologis maupun kimiawi
sehingga dampaknya bisa berlangsung sangat lama. Merkuri termasuk logam berat
yang dikategorikan ke dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena
bersifat racun dan persisten sehingga dapat membahayakan lingkungan hidup dan
manusia. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Dinas
Kesehatan Kalteng dan Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan terhadap para
penambang dan masyarakat yang berada di sekitar sungai, rambut dan darah mereka
rata-rata telah terkontaminasi logam berat merkuri. Dampak besar yang
ditimbulkan menyebabkan harus adanya langkah yang dilakukan untuk menanggulangi
logam berat merkuri ini. Selain itu, pengurangan logam berat merkuri juga
dimaksud untuk mendukung tujuan pemerintah mewujudkan Indonesia bebas merkuri
2030, hal ini ditandai dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun
2019. Peraturan ini tentang rencana aksi nasional pengurangan dan penghapusan
merkuri (RAN PPM).
Lantas apa yang harus dilakukan untuk menangani merkuri
ini ? Nah salah satu alternatif untuk mengolah biji emas yang lebih aman dan
ramah lingkungan adalah mengganti penggunaan merkuri dengan boraks. Apa itu
boraks ? Sodium Tetraborate Decahydrate atau Boraks adalah campuran garam
mineral konsentrasi tinggi yang dipakai untuk sejumlah keperluan. Di dunia
industri, boraks dipakai untuk pengawet kayu, bahan solder, pengontrol kecoa
dan bahan pembersih. Borak memiliki rumus kimia Na2[B4O5(OH)4].8H2O
atau Na2B4O7.10H2O dengan titik
didih 1575 oC dan titik lebur 743 oC. Rika Ernawati, Dosen
Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta melakukan penelitian ekstraksi emas
menggunakan boraks dan hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan borak dalam
pengolahan akhir emas dibanding dengan merkuri lebih ramah lingkungan. Uap yang
dihasilkan dalam proses akhir penambangan yakni dalam pembakaran tidak
membahayakan kesehatan. Berbeda dengan uap hasil pembakaran emas dengan memakai
merkuri jika terhirup bisa mengakibatkan keracunan. Selain itu, penggunaan
borak dalam penambangan emas bisa menghasilkan emas dalam jumlah yang lebih
banyak serta biaya yang dikeluarkan pun jauh lebih murah karena tidak
menggunakan merkuri yang mahal harganya. Dengan demikian, maka penggunaan
boraks dalam penambang emas akan mendukung tujuan pemerintah yaitu pengurangan
dan penghapusan merkuri demi terwujudnya Indonesia bebas merkuri 2030.
Angkatt topii buat orang orang yang penuh inovasi.
BalasHapusKolab yok...