Jumat, 21 Mei 2021

Peran Mahasiswa Pertanian Dalam Era Sains dan Teknologi

 


Elynius Gowasa
(Ketua Umum PRISMA 2021)

            Optimisme adalah sebuah hal yang sangat penting untuk menatap revolusi industri 4.0 di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Ada banyak hal yang bermunculan seakan dunia tidak pernah puas dengan hasil apa yang telah dicapai dimasa lalu. Perubahan zaman membawa manusia menuju titik yang tidak ada ujungnya, segala sesuatu dapat dipecahkan melalui ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Setiap sendi kehidupan manusia dipenuhi dengan hal yang sangat menakjubkan yang bernama teknologi, bahkan kita tidak bisa memungkiri bahwa kebutuhan akan teknologi pada saat ini lebih penting dari segalanya. Kita sebagai mahasiswa yang memegang tongkat harapan bangsa Indonesia, tentunya tidak hanya duduk diam menyaksikan mahakarya yang diciptakan oleh individu lain. Berkaca pada teori Charles Darwin dalam bukunya yang berjudul On The Origin of Species by Means of Natural Selection yang menjelaskan konsep tentang kehidupan  “dimana makhluk hidup yang dapat beradaptasi dengan baik akan bertahan hidup, sedangkan makhluk hidup yang tidak dapat beradaptasi akan punah” maka sudah jelas bahwa kita harus berani berpacu dengan keadaan untuk mempertahankan hidup kita dan bangsa Indonesia. Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang kita dapatkan dari perguruan tinggi serta rasa optimisme dan semangat juang yang kita miliki maka, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk ikut ambil bagian dalam skenario ini. 

Peran Mahasiswa Pertanian Dalam Era Sains dan Teknologi

          Berbicara tentang sains dan teknologi, maka kita terlebih dahulu perlu memamahi istilah sains dan teknlogi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, sains daiartikan sebagai pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dan sebagainya yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan dipelajari. Sedangkan teknologi diartikan sebagai  metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan; dan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lain (Novita: 2011). Jadi dapat kita menyiimpulkan bahwa sains dan teknologi adalah dua hal berbeda yang tidak dapat dipisahkan.

          Menurut Kuntoro Adi dalam bukunya yang berjudul Sains, Teknologi dan Perdaban Manusia, berdasarkan catatan historis teknologi dibagi didalam 6 era antara lain :

  1.Yunani kuno dan klasik, yaitu spekulatif, non eksperimental, ketrampilan teknik terkait dengan estetika (techne). Contohnya, pembangunan kuil dan  pembuatan patung.

  2. Romawi Helenis, yaitu praktis, eksperimental sifat eklektik (lintas budaya, memilih yang terbaik dari berbagai budaya). Contohnya, jam matahari, saluran air, jalan dari batu.

  3. Abad pertengahan, yaitu pemikiran, sains terkait dengan teologi, tidak terkait dengan teknologi. Meski demikian teknologi berkembang luar biasa. Contohnya, kincir angin dan katedral indah.

   4. Resaissance Teknologi  yaitu berkembang pesatnya revolusi industri di Eropa. contonya  Leonardo da Vinci (melukis alat-alat dengan teknik) Gallileo (menciptakan teleskop).

  5. Kontemporer Teknologi, yaitu dipergunakan dalam perang dunia. Contohnya Ellul, Marcuse     (teknologi membelenggu, membentuk manusia konsumeristik) Habermas (rasionalitas teknologi –   teknis, efisien, orientasi penyelesaian masalah).

  6. Jaman ini, yaitu sains tidak terpisah dari teknologi. Contohnya  computer, handphone, drone,   kebutuhan pangan, agroekosistem dan berbagai hal lainya.

          Sains dan teknologi merubah tatanan dunia yang ikut merambah dalam bidang pertanian., menurut Edi Kusmiadi ada tiga tahapan perkembangan dalam bidang pertanian yaitu, Tahap pertama adalah pertanian tradisional yang memiliki ciri tingkat produksi yang rendah. Tahap kedua adalah komersialisasi, didalam tahap ini manusia sudah mulai melakukan pemasaran produk pertanian akan tetapi, penggunaan teknologi masih sanagat rendah. Tahap ketiga adalah penggunaan teknologi canggih pada bidang  pertanian yang bertujuan untuk menjaga kualitas produk komersial.

              Sains dan teknologi secara langsung berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Adanya berbagai penemuan yang dapat mempercepat, meningkatkan, dan menjaga kualitas produk pertanian seperti bioteknologi pangan, penggunaan pupuk hayati, pemanfaatan mikroorganisme sebagai biofertilizer, penggunaan bibit unggul, dan  berbagai metode lainnya yang membuat manusia sedikit lega untuk memenuhi kebutuhan pangan.

             Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil alamnya, karena terletak pada 6o LU– 11o LS dan 95o BT– 141o BT serta diapit oleh dua benua, yakni benua Asia dan benua Australia. Hal ini menyebabkan Indonesia berada pada iklim tropis sehingga diperkirakan sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada didunia terdapat di Indonesia, serta jumlah floranya mencapai 20.000 spesies, yang 40% nya merupakan tumbuhan endemik asli Indonesia. Kondisi alam yang kita miliki saat ini membuat kita sedikti diuntungkan dibandingkan negara-negara lain.

          Laju pertumbuhan penduduk  yang tidak dapat terbendung contohnya di Indonesia telah membawa kita dalam keadaan darurat pangan. Namun, hal tersebut tidak akan menjadi masalah ketika kita bisa memanfaatkan sains dan teknologi serta dapat memperbaiki sumber daya manusia yang ada. Pada era revolusi industri 4.0 ini akan membawa kita kedalam keadaan yang lebih rumit, negera adidaya atau penguasa akan menyatakan perang dalam bidang sains dan teknologi yang cukup masif. Kita dapat memastikan bahwa negara yang tidak siap menghadapi revolusi industri 4.0 akan terus menggantungkan diri kepada negara penguasa, dengan kata lain kembali dijajah dalam bidang sains dan teknologi.

          Untuk menanggapi segala kemungkinan yang terjadi pada revolusi industri 4.0 dan polemik bonus demografi maka, kita khususnya sebagai mahasiswa pertanian harus berani mengambil sikap serta  siap memegang tongkat harapan bangsa Indonesia. Namun, apakah kita sebagai mahasiswa siap untuk menghadapi hal ini, bagaimana jika mahasiswa tidak mempunyai keberanian serta tidak memiliki kepercayaan diri? Maka yang terjadi adalah kita akan kembali kalah dalam peperangan ini. Seperti yang diungkapkan oleh Arnold Toynbee bahwa dari dua puluh satu peradaban dunia yang ada, sembilan belas hancur bukan karena penaklukan dari luar, melainkan karena kebusukan moral serta ketidak pedulian dari dalam (Atqiya : 2016). Mahasiswa merupakan aset yang akan menentukan bagaimana kondisi negara pada era revolusi 4.0 ini. Kita sedang diperhadapkan dalam situasi yang cukup genting, dimana kita tidak boleh tinggal diam dan harus melakukan sesuatu yang dapat menyelamtkan bangsa dimasa yang akan datang.

           Sebagai mahasiswa sebaiknya dapat mengisi waktu yang ada untuk terus belajar serta membekali diri dengan ilmu pengetahuan sains dan teknologi sebanyak-banyaknya serta ikut dalam kegiatan pengabdian kepada masayarakat. Dengan pengalaman dan ilmu yang kita miliki maka akan dapat membantu kita untuk berinovasi dimasa yang akan datang. Khususnya mahasiswa bidang pertanian, dimasa depan kita harus tetap berada pada jalur yang kita tempuh pada saat ini yaitu menjadi bagian dalam kemajuan pertanian Indonesia. Siapa yang akan menjaga ketahanan pangan kalau bukan kita? Lahan yang layak garap di wilayah Indonesia masih sangat luas, kita hanya butuh melatih kemampuan kita dalam bidang sains dan teknologi sehingga terciptalah pertanian yang modern seperti yang telah dilakukan negara-negara maju lainnya.

          Kita akan memenangkan persaingan di era revolusi industri 4.0 jika tetap konsisten pada bidang masing-masing, kita memilki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat melimpah. Peran kita sebagai mahsiswa pertanian dimasa yang akan datang adalah  memperbaiki sumber daya manusia yang ada dengan cara membagikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama mengayam pendidikan di perguruaan tinggi. Bukan sebuah hal yang mustahil bagi kita untuk menciptakan sebuah inovasi baru yang berguna pada bidang pertanian, jika pada saat ini kita memberi hati dan memiliki keinginan kuat untuk terus maju. Kita bisa dengan mudah menggunakan sistem bioteknologi pada bidang pertanian karena sumber daya yang alam yang kita milki sangat melimpah dan kita dapat memilih.

          Mahasiswa adalah merupakan faktor penentu yang akan meneruskan tongkat harapan bangsa, sudah saatnya membangun kesadaraan dan mengejar ketertinggalan dalam bidang sains dan teknologi dengan membiasakan diri terhadap kecanggihan teknologi di era ini. Sehingga suatu saat kita dapat ikut menciptan sebuah onovasi baru. Buang rasa ketidak percayaan diri serta mulai lah meniru hal yang dapat membangun dari negera-negara maju, sehingga kelak kita bisa menjadi seperti mereka. Mahasiswa pertanian harus berani unjuk gigi sebab negara Indonesia pada era revolusi industri 4.0 akan menjadi salah satu negara yang menjaga ketahanan pangan dunia.

 

 


0 comments:

Posting Komentar

Kontak

Kontak UKM PRISMA

Ingin lebih mengenal UKM PRISMA Universitas Palangka Raya? Anda dapat mengirimkan DM ke Sosial Media Resmi UKM PRISMA Universitas Palangka Raya

Instagram

@ukmprisma.upr

Facebook

PRISMA UPR

Email

pkm.upr@gmail.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Proses Sederhana Terciptanya Semangka Tanpa Biji (Triploid)

  Elynius Gowasa (Ketua Umum UKM PRISMA 2021) Hai popers… pernah tau ngak bagaimana semangka tanpa biji bisa tercipta? Pasti disini ada yang...

Search

Pengikut